MASJID AL-RIFA'IE 2
KH AHMAD ZAMAHSYARI
Minggu, 16 Desember 2012
Jumat, 07 Desember 2012
arsitektur indonesia
ARSITEKTUR
TRADISIONAL INDONESIA
ARSITEKTUR TRADISIONAL KALIMANTAN TENGAH
(HUMA BETANG)
(HUMA BETANG)
Makalah
ini disusun untuk memenuhi tugas harian :
Dosen Pengampu : Bu Trisna Andarwulan, S.S, M.Pd
Dosen Pengampu : Bu Trisna Andarwulan, S.S, M.Pd
OLEH:
AF’IDATUL FITRIA (12660008)
AF’IDATUL FITRIA (12660008)
JURUSAN
TEKNIK ARSITEKTUR
FAKULTAS SAINS dan TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
November 2012
FAKULTAS SAINS dan TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
November 2012
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga berkat karunia-Nya itu saya
dapat menyelesaikan makalah dengan tema
“ARSITEKTUR TRADISIONAL INDONESIA” , dengan judul “ARSITEKTUR TRADISIONAL
KALIMANTAN TENGAH (HUMA BETANG)” tanpa halangan yang berarti dan selesai tepat pada waktunya. Dalam penyusunan
makalah ini, tidak lupa saya mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Trisna
Andarwulan, S.S, M.Pd selaku Dosen Pembimbing mata kuliah Bahasa Indonesia dan
seluruh mahasiswa teknik arsitektur terutama kelas A dan semua pihak yang telah
membantu penyusunan dan penulisan makalah ini sehingga saya dapat menyelesaikan
penulisan makalah ini dengan baik. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas
Ujian Harian. Saya sadar makalah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu
saya berharap saran dan kritik dari semua pihak untuk kesempurnaan makalah ini.
Dan akhirnya saya berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi saya
sendiri dan seluruh pembaca pada umumnya. Terima kasih.
Malang, 19 November 2012
Af`idatul Fitria
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...........................................................................................................
2
Daftar Isi....................................................................................................................
3
1.Pendahuluan
1.1 Latar Belakang............................................................................................ 4
1.1 Latar Belakang............................................................................................ 4
1.2.Rumusan Masalah ...................................................................................... 4
1.3 Tujuan ........................................................................................................ 4
2.Kajian Pustaka
2.1 Filosofi Huma Betang ................................................................................ 5
2.2 Gambaran Umum Fisik Huma Betang ....................................................... 5
2.Kajian Pustaka
2.1 Filosofi Huma Betang ................................................................................ 5
2.2 Gambaran Umum Fisik Huma Betang ....................................................... 5
3. Pembahasan ........................................................................................................ . 7
4. Penutup
4.1 Kesimpulan.............................................................................................. 11
4.2 Saran ....................................................................................................... 11
4.3 Kritik ....................................................................................................... 12
4. Penutup
4.1 Kesimpulan.............................................................................................. 11
4.2 Saran ....................................................................................................... 11
4.3 Kritik ....................................................................................................... 12
Daftar
Pusaka ......................................................................................................... 13
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Huma Betang
adalah arsitektur tradisional suku dayak, atau biasa disebut rumah panjang,
atau Lamin. Huma Betang bisa dijumpai di seluruh penjuru Kalimantan terutama
Kalimantan tenggah, terlebih di daerah hulu sungai, tempat suku Dayak bermukim.
Sungai-sungai di Kalimantan biasanya lebar dan dalam. Mereka menggunakan sampan
yang siap dikayuh untuk berladang dan beraktivitas lainnya.(Menurut Anne
wijayanti,2011)”Rumah ini merupakan rumah panjang, dengan material kayu sebagai
material utama sudah sejak lama diketahui bahwa kayu cocok dengan iklim
Indonesia yang tropis”. Tanah rawan gempa sudah mereka persiapkan dengan
kayu-kayu yang tidak terpaku, hanya terkait, bahkan tidak tertanam. Nenek
moyang kita memang pandai.Tinggal di tepian sungai yang kadang kala terlanda
banjir, menjadi alasan rumah panjang itu rumah panggung. Selain itu, rumah
panggung juga berfungsi untuk menghindari dari ancaman binatang buas. Bahkan
ada juga sebagai kandang binatang peliharaan.Suku Dayak mempercayai dalam
pembangunan Huma Betang, bagian hulu rumah mengarah ke tempat sang surya
terbit, dan bagian hilir mengarah ke terbenamnya matahari. Ini menjadi filosofi
suku Dayak, mereka meyakini bahwa dalam menjalani hidup dimulai dari sang terbit
dan pulang ke rumah menuju sang tenggelam.
1.2
Rumusan Masalah
1)
Apakah pengertian huma betang dan sejarah
singkatnya?
2)
Bagaimankah penataan ruang huma betang ?
3)
Jelaskan
macam-macam huma betang ?
1.3
Tujuan Pembuatan Makalah
1) Agar mengetahui sejarah singkat dan pengertian Huma Betang.
2) Agar bias mengetahui tatanan ruang rumah Huma Betang.
3) Agar mengetahui pembagian macam-macam Huma Betang.
1) Agar mengetahui sejarah singkat dan pengertian Huma Betang.
2) Agar bias mengetahui tatanan ruang rumah Huma Betang.
3) Agar mengetahui pembagian macam-macam Huma Betang.
BAB
II
KAJIAN
PUSTAKA
2.1
Filosofi Huma Betang
Filosofi Rumah Betang berkaitan erat dengan
azas kekeluargaan yang diciptakan oleh leluhur suku Dayak Kanayatn di Rumah
Betang ini. Menurut cerita dari leluhur mereka, dahulu semua orang Kanayatn
tinggal secara terpisah satu sama lainnya, sangat sulit berhubungan dan
memantau keadaan masing-masing.
Orang tertua kanayatn merasa perlu
memperhatikan sanak saudara-saudaranya. Untuk mempertemukan semua anggota
keluarga yang terpisah-pisah, terbit sebuah ide. Yakni membangun rumah agar
mempermudah hubungan antar sesama anggota yang sebelumnya berjauh-jauhan. Rumah
itu dibuat memanjang untuk menampung jumlah keluarga yang seiring waktu semakin
bertambah, saat itulah penamaan Rumah Panjang atau Rumah Betang tercipta.
Seiring berjalannya waktu, mereka menyadari
pentingnya membangun sebuah hubungan antar sesama manusia, sesuai dengan
prinsip hidup leluhur mereka yaitu saling membantu sesama manusia – sebuah
nilai kemanusian yang bersahaja. Mereka mulai menciptakan aturan-aturan tentang
tata krama kehidupan bermasyarakat yang baik, itulah awal mula terciptanya
hukum adat.
Hingga saat ini, azas kekeluargaan itu masih
melekat dalam kehidupan keluarga yang sekarang menghuni Ruah Betang. Secara
garis besar, semua peghuni rumah betang merupakan sebuah keluarga besar
yang berasal dari satu pertalian keturunan darah yang sama.
(Menurut Aldi,2009)”Keluarga yang besar ini
memiliki hirarki adat yang tersusun kedalam struktur lembaga adat Dayak
Kanayatn. Ada tetua adat yang mengetahui semua hal yang berkaitan dengan budaya
rumah betang, ada juga penanggung jawab rumah betang, kepala desa, sekretaris
desa semuanya juga berkumpul menjadi satu didalam Rumah Betang”.
2.2
Gambaran Umum Fisik Huma Betang
Masing-masing masyarakat adat Dayak mempunyai
cirikhas rumah panjang. Namun beberapa hal yang hampir sama yakni:
Berbentuk tinggi di atas rata-rata 5 meter.
Memanjang, rata-rata di atas 50 meter. Umumnya terbuat dari kayu belian. Tangga
terbuat dari kayu bulat. Aksesnya ada yang langsung di depan rumah dan ada yang
berada di bawah kolong samping rumah. Tangga umumnya 2. Satu bagian hilir dan 1
bagian hulu. Mempunyai beranda-ruang tengah untuk berkumpul, tempat
menganyam,menumbuk padi dan bersenda gurau. Setelah ruang beranda ada
kamar-kamar (bilik-bilik) milik masing-masing keluarga yang disekat dinding.
Setelah ruang bilik ada dapur. Ada yang mempunyai loteng. Letaknya tidak jauh
dari sungai.
Secara garis besar, pembagian ruangnya terdiri
dari:
- Bagian depan
Pada bagian depan rumah panjang terdapat sebuah
anak tangga sebagai pintu masuk ke dalam rumah. Rumah yang berbentuk panggung
dengan ketinggian sekitar tiga sampai lima meter dari permukaan tanah ini
sengaja dibangun untuk menghindari banjir dan serangan binatang buas.
- Bagian Tengah
Di ujung anak tangga, kita akan menjumpai
sebuah bale atau balai yang tidak terlalu luas, fungsinya sebagai tempat untuk
menerima tamu maupun untuk mengadakan 8 dengan kerabat maupun keluarga yang
lain. Masuk ke dalam bangunan kita akan melihat banyak ruangan yang disekat
menjadi beberapa ruangan. Setiap ruangan atau bilik ini terkadang ditempati
oleh beberapa keluarga.
- Bagian Belakang
Di bagian belakang rumah panjang terdapat
sebuah ruangan yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan hasil dan alat-alat
pertanian. Selain itu, juga memiliki kandang ternak yang menyatu di rumah,
karena hewan peliharaan termasuk dalam harta kekayaan keluarga seperti ayam dan
babi.
Ada juga kebiasaan beberapa komunitas rumah
panjang yang menghiasi rumah panjang dengan mengukir tiang di beranda, memasang
ukiran burung enggang di atas bumbungan atap, mengukir/memahat tangga dan
lainnya.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pengertian
dan Sejarah Singkat Huma Betang
Rumah Betang ini adalah karya suku-suku Dayak yang berdiam di pedalaman
Kalimantan tengah dengan konsep hidup secara berkelompok-kelompok,rumah
panjang dengan material kayu sebagai material utama sudah
sejak lama diketahui bahwa kayu cocok
dengan iklim Indonesia yang tropis. Tanah rawan gempa sudah mereka persiapkan
dengan kayu-kayu yang tidak terpaku, hanya terkait, bahkan tidak tertanam.Pada masa lalu,
kehidupan suku-suku Dayak yang berdiam di pedalaman Kalimantan tengah itu hidup
secara berkelompok-kelompok. Di mana kehidupan yang mereka jalani pasti dilalui
bersama, hal itu terwujud dalam sebuah karya yaitu, Huma Betang (Rumah Betang).(menurut
rahma,2008)”Huma Betang memiliki keunikan tersendiri dapat diamati dari
bentuknya yang memanjang serta terdapat hanya terdapat sebuah tangga dan pintu
masuk ke dalam Betang. Tangga sebagai alat penghubung pada Betang dinamakan
hejot. Di halaman depan Huma terdapat sebuah balai yang digunakan untuk
menjamu tamu atau untuk pertemuan”. Di halaman tersebut juga ada sebuah patung
berukir atau totem berbentuk manusia disebut sapundu. Sapandu digunakan untuk
menancapkan binatang yang hendak dikurbankan saat tiwah. Halaman Huma Betang juga memiliki
petahu; sebuah rumah terpisah yang dikhususkan sebagai rumah pemujaan. Di huma
betang terdapat gudang bernama tukau di halaman belakang untuk menyimpan
alat-alat pertanian, bawong untuk menyimpan senjata, sandung atau pambak
sebagai tempat penyimpanan tulang-tulang keluarga yang sudah meninggal yang
telah di tiwah. Sandung bisa ditempatkan di halaman depan atau di belakang. Huma Betang yang
dibangun tinggi dari permukaan tanah dimaksudkan untuk menghindari hal-hal yang
meresahkan para penghuni Betang, seperti menghindari musuh yang dapat datang
tiba-tiba, binatang buas, ataupun banjir yang terkadang melanda Betang. Hampir
semua Betang dapat ditemui di pinggiran sungai-sungai besar yang ada di
Kalimantan.
Betang dibangun biasanya berukuran besar, panjangnya dapat mencapai 30-150
meter serta lebarnya dapat mencapai sekitar 10-30 meter, memiliki tiang yang
tingginya sekitar 3-5 meter. Betang di bangun menggunakan bahan kayu yang
berkualitas tinggi, yaitu kayu ulin selain memiliki kekuatan yang bisa berdiri
sampai dengan ratusan tahun serta anti rayap.Huma Betang biasanya dihuni
oleh 100-150 jiwa di dalamnya, sudah dapat dipastikan suasana yang ada di
dalamnya.Huma Betang dapat dikatakan sebagai rumah suku, karena selain di
dalamnya terdapat satu keluarga besar yang menjadi penghuninya dan dipimpin
pula oleh seorang Pambakas Lewu. Di dalam betang terbagi menjadi beberapa
ruangan yang dihuni oleh setiap keluarga.Pada halaman depan Betang biasanya terdapat
balai sebagai tempat menerima tamu maupun sebagai tempat pertemuan adat. Pada
halaman depan Betang selain terdapat balai juga dapat dijumpai sapundu. Sapundu
merupakan sebuah patung atau totem yang pada umumnya berbentuk manusia yang
memiliki ukiran-ukiran yang khas. Sapundu memiliki fungsi sebagai tempat untuk
mengikatkan binatang-binatang yang akan dikorbankan untuk prosesi upacara adat.
Terkadang terdapat juga patahu di halaman Betang yang berfungsi sebagai rumah
pemujaan.Pada bagian belakang dari Betang dapat ditemukan sebuah balai yang
berukuran kecil yang dinamakan tukau yang digunakan sebagai gudang untuk
menyimpan alat-alat pertanian, seperti lisung atau halu. Pada Betang juga
terdapat sebuah tempat yang dijadikan sebagai tempat penyimpanan senjata,
tempat itu biasa disebut bawong. Pada bagian depan atau bagian belakang Betang
biasanya terdapat pula sandung. Sandung adalah sebuah tempat penyimpanan
tulang-tulang keluarga yang sudah meninggal serta telah melewati proses upacara
tiwah.
Salah satu kebiasaan suku Dayak adalah memelihara hewan, seperti anjing,
burung, kucing, babi, atau sapi. Selain karena ingin merawat anjing, suku Dayak
juga sangat membutuhkan peran anjing sebagai ‘teman’ yang setia pada saat
berburu di hutan belanntara. Pada zaman yang telah lalu suku Dayak tidak pernah
mau memakan daging anjing, karena suku Dayak sudah menganggap anjing sebagai
pendamping setia yang selalu menemani khususnya ketika berada di hutan. Karena
sudah menganggap anjing sebagai bagian dari suku Dayak, anjing juga diberi nama
layaknya manusia.
3.2 Penataan Ruang didalam Huma Betang
Ruang-ruang yang ada
dalam Rumah Betang biasanya terdiri dari :
sado', padongk, bilik, dan dapur.
Sado' (dalam bahasa Dayak Simpangk) adalah pelantaran tingkat bawah yang biasanya
merupakan jalur lalu lalang penghuni rumah Betang. Sado' juga biasanya
digunakan sebagai tempat untuk melakukan aktivitas umum seperti menganyam,
menumbuk padi, berdiskusi adat secara massal, dan lain sebagainya.
Padongk dapat diterjemahkan sebagai ruang keluarga, letaknya lebih dalam
dan lebih tinggi dari pada sado'. Ruangan ini biasanya tidak luas, mungkin
berkisar antara 4x6m saja. Padongk lebih umum dimanfaatkan oleh pemilik Rumah
Betang sebagai ruang kumpul keluarga, ngobrol, makan minum, menerima tamu dan
aktivitas yang lebih personal.
Bilik adalah ruang tidur. Bilik tentu saja digunakan untuk tidur. zaman
dahulu, satu bilik bisa dipakai oleh 3-5 anggota keluarga. mereka tidur dalam
satu ruangan dan hanya dibatasi oleh kelambu. Kelambu utama untuk ayah dan ibu,
kelambu kedua dan ketiga untuk anak-anak. tentu kelambu anak laki-laki dan
perempuan akan dipisahkan.
Ruang yang terakhir didalam Rumah Betang adalah Dapur. Ruang ini terbuka
dan memiliki view yang langsung berhadapan dengan ruang padongk. Umumnya dapur
hanya berukuran 1x2m dan hanya untuk menempatkan tungku perapian untuk memasak.
Di atas perapian biasanya ada tempara untuk menyimpan persediaan kayu bakar.
Dapur di rumah Betang amat sederhana dan hanya berfungsi untuk kegiatan masak memasak
saja.
3.3 Macam-macam
Huma Betang di Kalteng
3.3.1 Rumah Betang Ojung Batu
Di Kecamatan Delang,
Kabupaten Lamandau, Propinsi Kalimantan Tengah, masih banyak terlihat
rumah-rumah penduduk yang berbentuk rumah betang yang tradisonil . Rumah-rumah betang
yang ada di Kecamatan Delang rata-rata berumur ratusan tahun dan masih
terpelihara dengan baik hingga saat ini. Hal itu menandakan bahwa penduduk di
Kecamatan Delang sampai saat ini masih melestarikan adat-istiadat dan budaya
yang diwariskan oleh nenek moyang mereka.
Salah satu rumah betang
di Kecamatan Delang yang masih terawat dengan baik dan sering dikunjungi oleh
banyak wisatawan adalah Rumah Betang Ojung Batu. (Menurut Lakons,Tains.2010) “Yang
membedakan Rumah Betang Ojung Batu dengan rumah-rumah betang lainnya adalah di
dalamnya terdapat banyak tajau”. Konon, rumah betang ini dulunya dikenal
sebagai tempat kediaman seorang tokoh masyarakat Dayak yang sangat kaya yang
memiliki ribuan tajau, sebuah benda mirip tempayan yang oleh masyarakat
setempat dijadikan sebagai simbol kekayaan dan kehormatan seseorang.
Tajau juga dianggap
sebagai benda yang memiliki kekuatan gaib dan dapat membawa rejeki bagi orang
yang memilikinya. Konon, orang yang membuat tajau bukanlah orang sembarangan,
karena dia harus menguasai upacara khusus sebelum membuatnya. Namun sayang,
jumlah tajau yang ada di rumah betang ini sekarang sudah jauh berkurang,
menjadi ratusan saja. Saat ini, rumah betang yang sudah berumur hampir 1.000
tahun dimiliki oleh Omas Petinggi Kaya, salah satu tetua adat di Kecamatan
Delang. Oleh Pemerintah Kabupaten Lamandau, Rumah Betang Ojung Batu ditetapkan
sebagai bangunan bersejarah yang dilindungi.
Rumah Betang Ojung Batu
memiliki keunikan dan keistimewaan tersendiri. Bentuknya memanjang ke belakang
sekitar dua ratus meter, bertiang panggung dari kayu ulin dengan diameter di
atas 50 sentimeter dan tinggi 1,5 meter, serta beratap sirap yang juga terbuat
dari kayu ulin. Di dalam rumah betang ini terdapat puluhan bilik dan satu bilik
dihuni oleh satu keluarga. Setiap keluarga penghuni bilik memiliki koleksi
barang-barang antik berupa piring keramik, gong, meriam kuno, talam tembaga,
dan berbagai bentuk perhiasan Cina dan Belanda yang sudah sangat jarang
dijumpai. Para penghuni Rumah Betang Ojung Batu dikenal pula memiliki seni
budaya cukup tinggi, yang dapat dilihat dari berbagai bentuk ukiran yang
menghiasi hampir di seluruh bagian rumah, mandau (senjata khas Suku Dayak )
yang menempel di dinding rumah, tombak, dan berbagai bentuk anyaman yang terbuat
dari rotan.
Meskipun ukuran rumah
ini terbilang luas dan besar, namun hanya ada satu pintu masuk utama untuk
memasuki rumah ini. Hal ini menyiratkan makna filosofis yang luhur, yaitu agar
semua anggota keluarga yang menghuni rumah ini memiliki persamaan persepsi dan
tujuan dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Apapun aktivitas yang dilakukan
oleh para penghuni rumah, mereka tetap masuk dan keluar dari pintu yang sama.
Di samping itu, dengan hanya memiliki satu pintu utama, diharapkan penghuni
rumah dapat lebih mampu mengenal antara penghuni yang satu dengan penghuni
lainnya secara lebih dekat. Untuk memasukinya, penghuni rumah harus melewati
anak tangga yang berada di bawah kolong rumah.
Selain memiliki
keistimewaan dari sisi arsitekturnya, Rumah Betang Ojung Batu juga memiliki
sisi keistimewaan lainnya, yaitu keramahan para penghuninya. Setiap pengunjung
yang datang akan disambut dengan ramah, tidak dipungut biaya, dan cukup mengisi
buku tamu sebagai media perkenalan. Apabila berkenan, pengunjung akan diajak
untuk minum tuak (minuman tradisional dari beras ketan) dan makan sirih karena
dianggap menghargai budaya masyarakat lokal.
Pemandangan bersahaja
lainnya juga dapat dilihat dari ekspresi kebersamaan dan persaudaraan di antara
para penghuni rumah, terutama ketika ada permasalahan yang menimpa salah satu
penghuni. Misalnya, jika salah satu anggota keluarga ada yang meninggal dunia
maka masa berkabung mutlak diberlakukan selama satu minggu bagi semua penghuni
dengan tidak menggunakan perhiasan, tidak berisik, tidak minum tuak, dan tidak
menghidupkan peralatan elektronik.
3.3.2 Rumah Betang
Tumbang Gagu
Rumah Betang Tumbang
Gagu dibangun tahun 1870 dan termasuk yang tertinggi di Kalimantan karena jarak
rumah dengan tanah mencapai lima meter. Rumah Betang ini terletak di Kabupaten
Katingan. Keistimewaan Rumah Betang Tumbang Gagu bisa dilihat dari sisi
arsitektur sekaligus sisi makna simboliknya. Karenanya obyek wisata ini tepat
untuk memahami adat istiadat penduduk Kalimantan Tengah.Satu hal yang menarik dari
rumah ini adalah tangganya yang sengaja dibuat tidak permanen supaya dapat
diangkat dan dipindahkan ke dalam rumah sewaktu-waktu.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Arsitektur
Dayak tidak bisa dilepaskan dari konsep hidup dan kebudayaan sehari-hari
mereka. Konsep hidup dan budaya ini dapat dilihat dari bentuk rumah tinggal
yang secara arsitektural memiliki ciri fisik berbentuk rumah yang memanjang
dengan tiang (kolong) tinggi yang mereka sebut sebagai rumah Betang atau Rumah
Panjang atau Lamin atau juga lebih kerennya disebut Long House.
Selain dari bentuk fisik, rumah Betang secara arsitektural menggambarkan konsep hidup dan kebudayaan Dayak. Hal ini dapat terlihat pada tata ruang, bentuk bangunan, asesoris seperti patung, ukiran, pernak pernik, dan pola penataannya. Dengan melihat tata ruang rumah, bentuk, dan susunannya dapat diketahui bagaimana pola hidup, pola pikir, filosofi serta kebudayaan yang terjadi dalam masyarakatnya.
Selain dari bentuk fisik, rumah Betang secara arsitektural menggambarkan konsep hidup dan kebudayaan Dayak. Hal ini dapat terlihat pada tata ruang, bentuk bangunan, asesoris seperti patung, ukiran, pernak pernik, dan pola penataannya. Dengan melihat tata ruang rumah, bentuk, dan susunannya dapat diketahui bagaimana pola hidup, pola pikir, filosofi serta kebudayaan yang terjadi dalam masyarakatnya.
4.2 Saran
Sering-seringlah
kalian berpikir untuk menindaklanjuti hal kecil yang berpengaruh besar agar Indonesia
tidak kehilangan satu persatu adat istiadat Indonesia. Contohnya seperti rumah
tradisonal yang sudah tidak sering bahkan tidak pernah kita jumpai . bila saja tidak mendapatkan
perhatian dari kita sendiri orang Indonesia. Mulailah perubahan baru walaupun
sentuhan modernitas cukup besar janganlah kalian lupakan adat istiadat yang
kita miliki . kalau bias gabungkanlah keduanya tanpa merusak nilai dan norma
yang ada.
4.3 Kritik
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA
·
Aldi.2009.Filosofi
huma betang. (Online), (http://www.gatra.com/nusantara/kalimantan/3816),di
akses pada 18 November 2012
·
Anne
wijayanti.2011 Sejarah dan Budaya Dayak. (Online),(http://www.humabetang.com/page/),di
akses pada 18 November 2012
·
Rahma.2008.
mengintip-rumah-betang-suku-dayak (Online),(http://www.liranews.com/lawas/lira-ormas/ormas-news/etnik/3986), diakses
18 November 2012
·
Lakons,Tains.2010.Mengenal
dayak dalam kata.(Online). (http://dayakmenggugat.blogspot.com/),diakses
pada 18 November 2012
·
Langganan:
Postingan (Atom)