Jumat, 07 Desember 2012

bareng2


arsitektur indonesia





ARSITEKTUR TRADISIONAL INDONESIA
 ARSITEKTUR TRADISIONAL KALIMANTAN TENGAH
 (HUMA BETANG)
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas harian :
Dosen Pengampu : Bu Trisna Andarwulan, S.S, M.Pd





OLEH:
AF’IDATUL FITRIA (12660008)



JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR
FAKULTAS SAINS dan TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
November 2012
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga berkat karunia-Nya itu saya dapat menyelesaikan makalah  dengan tema “ARSITEKTUR TRADISIONAL INDONESIA” , dengan judul “ARSITEKTUR TRADISIONAL KALIMANTAN TENGAH (HUMA BETANG)” tanpa halangan yang berarti  dan selesai tepat pada waktunya. Dalam penyusunan makalah ini, tidak lupa saya mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Trisna Andarwulan, S.S, M.Pd selaku Dosen Pembimbing mata kuliah Bahasa Indonesia dan seluruh mahasiswa teknik arsitektur terutama kelas A dan semua pihak yang telah membantu penyusunan dan penulisan makalah ini sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan makalah ini dengan baik. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Ujian Harian. Saya sadar makalah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu saya berharap saran dan kritik dari semua pihak untuk kesempurnaan makalah ini.
Dan akhirnya saya berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi saya sendiri dan seluruh pembaca pada umumnya. Terima kasih.



Malang, 19 November 2012


                                                                                                  Af`idatul Fitria                              









DAFTAR ISI

Kata Pengantar........................................................................................................... 2
Daftar Isi.................................................................................................................... 3
1.Pendahuluan  
         1.1 Latar Belakang............................................................................................ 4
         1.2.Rumusan Masalah ......................................................................................  4
         1.3 Tujuan ........................................................................................................  4
2.Kajian Pustaka
         2.1 Filosofi Huma Betang ................................................................................  5
         2.2 Gambaran Umum Fisik Huma Betang .......................................................  5
3. Pembahasan ........................................................................................................ .  7
4. Penutup
         4.1  Kesimpulan.............................................................................................. 11
         4.2  Saran .......................................................................................................  11
         4.3  Kritik .......................................................................................................  12
Daftar Pusaka .........................................................................................................  13
           




BAB I
PENDAHULUAN
1.1              Latar Belakang
Huma Betang adalah arsitektur tradisional suku dayak, atau biasa disebut rumah panjang, atau Lamin. Huma Betang bisa dijumpai di seluruh penjuru Kalimantan terutama Kalimantan tenggah, terlebih di daerah hulu sungai, tempat suku Dayak bermukim. Sungai-sungai di Kalimantan biasanya lebar dan dalam. Mereka menggunakan sampan yang siap dikayuh untuk berladang dan beraktivitas lainnya.(Menurut Anne wijayanti,2011)”Rumah ini merupakan rumah panjang, dengan material kayu sebagai material utama sudah sejak lama diketahui bahwa kayu cocok dengan iklim Indonesia yang tropis”. Tanah rawan gempa sudah mereka persiapkan dengan kayu-kayu yang tidak terpaku, hanya terkait, bahkan tidak tertanam. Nenek moyang kita memang pandai.Tinggal di tepian sungai yang kadang kala terlanda banjir, menjadi alasan rumah panjang itu rumah panggung. Selain itu, rumah panggung juga berfungsi untuk menghindari dari ancaman binatang buas. Bahkan ada juga sebagai kandang binatang peliharaan.Suku Dayak mempercayai dalam pembangunan Huma Betang, bagian hulu rumah mengarah ke tempat sang surya terbit, dan bagian hilir mengarah ke terbenamnya matahari. Ini menjadi filosofi suku Dayak, mereka meyakini bahwa dalam menjalani hidup dimulai dari sang terbit dan pulang ke rumah menuju sang tenggelam.
1.2              Rumusan Masalah
1)      Apakah pengertian huma betang dan sejarah singkatnya?
2)      Bagaimankah penataan ruang huma betang ?
3)       Jelaskan macam-macam huma betang ?
1.3              Tujuan Pembuatan Makalah                           
       1)  Agar mengetahui sejarah singkat dan pengertian Huma Betang.
       2)  Agar bias mengetahui tatanan ruang rumah Huma Betang.
       3)  Agar mengetahui pembagian macam-macam Huma Betang.










BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Filosofi Huma Betang
Filosofi Rumah Betang berkaitan erat dengan azas kekeluargaan yang diciptakan oleh leluhur suku Dayak Kanayatn di Rumah Betang ini. Menurut cerita dari leluhur mereka, dahulu semua orang Kanayatn tinggal secara terpisah satu sama lainnya, sangat sulit berhubungan dan memantau keadaan masing-masing.
Orang tertua kanayatn merasa perlu memperhatikan sanak saudara-saudaranya. Untuk mempertemukan semua anggota keluarga yang terpisah-pisah, terbit sebuah ide. Yakni membangun rumah agar mempermudah hubungan antar sesama anggota yang sebelumnya berjauh-jauhan. Rumah itu dibuat memanjang untuk menampung jumlah keluarga yang seiring waktu semakin bertambah, saat itulah penamaan Rumah Panjang atau Rumah Betang tercipta.
Seiring berjalannya waktu, mereka menyadari pentingnya membangun sebuah hubungan antar sesama manusia, sesuai dengan prinsip hidup leluhur mereka yaitu saling membantu sesama manusia – sebuah nilai kemanusian yang bersahaja. Mereka mulai menciptakan aturan-aturan tentang tata krama kehidupan bermasyarakat yang baik, itulah awal mula terciptanya hukum adat.
Hingga saat ini, azas kekeluargaan itu masih melekat dalam kehidupan keluarga yang sekarang menghuni Ruah Betang. Secara garis besar, semua peghuni rumah betang merupakan sebuah keluarga besar yang  berasal dari satu pertalian keturunan darah yang sama.
(Menurut Aldi,2009)”Keluarga yang besar ini memiliki hirarki adat yang tersusun kedalam struktur lembaga adat Dayak Kanayatn. Ada tetua adat yang mengetahui semua hal yang berkaitan dengan budaya rumah betang, ada juga penanggung jawab rumah betang, kepala desa, sekretaris desa semuanya juga berkumpul menjadi satu didalam Rumah Betang”.
2.2  Gambaran Umum Fisik Huma Betang
Masing-masing masyarakat adat Dayak mempunyai cirikhas rumah panjang. Namun beberapa hal yang hampir sama yakni:
Berbentuk tinggi di atas rata-rata 5 meter. Memanjang, rata-rata di atas 50 meter. Umumnya terbuat dari kayu belian. Tangga terbuat dari kayu bulat. Aksesnya ada yang langsung di depan rumah dan ada yang berada di bawah kolong samping rumah. Tangga umumnya 2. Satu bagian hilir dan 1 bagian hulu. Mempunyai beranda-ruang tengah untuk berkumpul, tempat menganyam,menumbuk padi dan bersenda gurau. Setelah ruang beranda ada kamar-kamar (bilik-bilik) milik masing-masing keluarga yang disekat dinding. Setelah ruang bilik ada dapur. Ada yang mempunyai loteng. Letaknya tidak jauh dari sungai.
Secara garis besar, pembagian ruangnya terdiri dari:
  • Bagian depan
Pada bagian depan rumah panjang terdapat sebuah anak tangga sebagai pintu masuk ke dalam rumah. Rumah yang berbentuk panggung dengan ketinggian sekitar tiga sampai lima meter dari permukaan tanah ini sengaja dibangun untuk menghindari banjir dan serangan binatang buas.
  • Bagian Tengah
Di ujung anak tangga, kita akan menjumpai sebuah bale atau balai yang tidak terlalu luas, fungsinya sebagai tempat untuk menerima tamu maupun untuk mengadakan 8 dengan kerabat maupun keluarga yang lain. Masuk ke dalam bangunan kita akan melihat banyak ruangan yang disekat menjadi beberapa ruangan. Setiap ruangan atau bilik ini terkadang ditempati oleh beberapa keluarga.
  • Bagian Belakang
Di bagian belakang rumah panjang terdapat sebuah ruangan yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan hasil dan alat-alat pertanian. Selain itu, juga memiliki kandang ternak yang menyatu di rumah, karena hewan peliharaan termasuk dalam harta kekayaan keluarga seperti ayam dan babi.
Ada juga kebiasaan beberapa komunitas rumah panjang yang menghiasi rumah panjang dengan mengukir tiang di beranda, memasang ukiran burung enggang di atas bumbungan atap, mengukir/memahat tangga dan lainnya.









BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pengertian dan Sejarah Singkat Huma Betang
Rumah Betang ini adalah karya suku-suku Dayak yang berdiam di pedalaman Kalimantan tengah dengan konsep  hidup secara berkelompok-kelompok,rumah panjang dengan material kayu sebagai material utama sudah sejak lama diketahui  bahwa kayu cocok dengan iklim Indonesia yang tropis. Tanah rawan gempa sudah mereka persiapkan dengan kayu-kayu yang tidak terpaku, hanya terkait, bahkan tidak tertanam.Pada masa lalu, kehidupan suku-suku Dayak yang berdiam di pedalaman Kalimantan tengah itu hidup secara berkelompok-kelompok. Di mana kehidupan yang mereka jalani pasti dilalui bersama, hal itu terwujud dalam sebuah karya yaitu, Huma Betang (Rumah Betang).(menurut rahma,2008)”Huma Betang memiliki keunikan tersendiri dapat diamati dari bentuknya yang memanjang serta terdapat hanya terdapat sebuah tangga dan pintu masuk ke dalam Betang. Tangga sebagai alat penghubung pada Betang dinamakan hejot. Di halaman depan Huma terdapat sebuah balai yang digunakan untuk menjamu tamu atau untuk pertemuan”. Di halaman tersebut juga ada sebuah patung berukir atau totem berbentuk manusia disebut sapundu. Sapandu digunakan untuk menancapkan binatang yang hendak dikurbankan saat  tiwah. Halaman Huma Betang juga memiliki petahu; sebuah rumah terpisah yang dikhususkan sebagai rumah pemujaan. Di huma betang terdapat gudang bernama tukau di halaman belakang untuk menyimpan alat-alat pertanian, bawong untuk menyimpan senjata, sandung atau pambak sebagai tempat penyimpanan tulang-tulang keluarga yang sudah meninggal yang telah di tiwah. Sandung bisa ditempatkan di halaman depan atau di belakang. Huma Betang yang dibangun tinggi dari permukaan tanah dimaksudkan untuk menghindari hal-hal yang meresahkan para penghuni Betang, seperti menghindari musuh yang dapat datang tiba-tiba, binatang buas, ataupun banjir yang terkadang melanda Betang. Hampir semua Betang dapat ditemui di pinggiran sungai-sungai besar yang ada di Kalimantan.
Betang dibangun biasanya berukuran besar, panjangnya dapat mencapai 30-150 meter serta lebarnya dapat mencapai sekitar 10-30 meter, memiliki tiang yang tingginya sekitar 3-5 meter. Betang di bangun menggunakan bahan kayu yang berkualitas tinggi, yaitu kayu ulin selain memiliki kekuatan yang bisa berdiri sampai dengan ratusan tahun serta anti rayap.Huma Betang biasanya dihuni oleh 100-150 jiwa di dalamnya, sudah dapat dipastikan suasana yang ada di dalamnya.Huma Betang dapat dikatakan sebagai rumah suku, karena selain di dalamnya terdapat satu keluarga besar yang menjadi penghuninya dan dipimpin pula oleh seorang Pambakas Lewu. Di dalam betang terbagi menjadi beberapa ruangan yang dihuni oleh setiap keluarga.Pada halaman depan Betang biasanya terdapat balai sebagai tempat menerima tamu maupun sebagai tempat pertemuan adat. Pada halaman depan Betang selain terdapat balai juga dapat dijumpai sapundu. Sapundu merupakan sebuah patung atau totem yang pada umumnya berbentuk manusia yang memiliki ukiran-ukiran yang khas. Sapundu memiliki fungsi sebagai tempat untuk mengikatkan binatang-binatang yang akan dikorbankan untuk prosesi upacara adat. Terkadang terdapat juga patahu di halaman Betang yang berfungsi sebagai rumah pemujaan.Pada bagian belakang dari Betang dapat ditemukan sebuah balai yang berukuran kecil yang dinamakan tukau yang digunakan sebagai gudang untuk menyimpan alat-alat pertanian, seperti lisung atau halu. Pada Betang juga terdapat sebuah tempat yang dijadikan sebagai tempat penyimpanan senjata, tempat itu biasa disebut bawong. Pada bagian depan atau bagian belakang Betang biasanya terdapat pula sandung. Sandung adalah sebuah tempat penyimpanan tulang-tulang keluarga yang sudah meninggal serta telah melewati proses upacara tiwah.
Salah satu kebiasaan suku Dayak adalah memelihara hewan, seperti anjing, burung, kucing, babi, atau sapi. Selain karena ingin merawat anjing, suku Dayak juga sangat membutuhkan peran anjing sebagai ‘teman’ yang setia pada saat berburu di hutan belanntara. Pada zaman yang telah lalu suku Dayak tidak pernah mau memakan daging anjing, karena suku Dayak sudah menganggap anjing sebagai pendamping setia yang selalu menemani khususnya ketika berada di hutan. Karena sudah menganggap anjing sebagai bagian dari suku Dayak, anjing juga diberi nama layaknya manusia.


3.2 Penataan Ruang didalam Huma Betang
           
            Ruang-ruang yang ada dalam Rumah Betang biasanya terdiri dari :
sado', padongk, bilik, dan dapur.
Sado' (dalam bahasa Dayak Simpangk) adalah pelantaran tingkat bawah yang biasanya merupakan jalur lalu lalang penghuni rumah Betang. Sado' juga biasanya digunakan sebagai tempat untuk melakukan aktivitas umum seperti menganyam, menumbuk padi, berdiskusi adat secara massal, dan lain sebagainya.
Padongk dapat diterjemahkan sebagai ruang keluarga, letaknya lebih dalam dan lebih tinggi dari pada sado'. Ruangan ini biasanya tidak luas, mungkin berkisar antara 4x6m saja. Padongk lebih umum dimanfaatkan oleh pemilik Rumah Betang sebagai ruang kumpul keluarga, ngobrol, makan minum, menerima tamu dan aktivitas yang lebih personal.

Bilik adalah ruang tidur. Bilik tentu saja digunakan untuk tidur. zaman dahulu, satu bilik bisa dipakai oleh 3-5 anggota keluarga. mereka tidur dalam satu ruangan dan hanya dibatasi oleh kelambu. Kelambu utama untuk ayah dan ibu, kelambu kedua dan ketiga untuk anak-anak. tentu kelambu anak laki-laki dan perempuan akan dipisahkan.
Ruang yang terakhir didalam Rumah Betang adalah Dapur. Ruang ini terbuka dan memiliki view yang langsung berhadapan dengan ruang padongk. Umumnya dapur hanya berukuran 1x2m dan hanya untuk menempatkan tungku perapian untuk memasak. Di atas perapian biasanya ada tempara untuk menyimpan persediaan kayu bakar. Dapur di rumah Betang amat sederhana dan hanya berfungsi untuk kegiatan masak memasak saja.




3.3 Macam-macam Huma Betang di Kalteng
3.3.1 Rumah Betang Ojung Batu
Di Kecamatan Delang, Kabupaten Lamandau, Propinsi Kalimantan Tengah, masih banyak terlihat rumah-rumah penduduk yang berbentuk rumah betang yang tradisonil . Rumah-rumah betang yang ada di Kecamatan Delang rata-rata berumur ratusan tahun dan masih terpelihara dengan baik hingga saat ini. Hal itu menandakan bahwa penduduk di Kecamatan Delang sampai saat ini masih melestarikan adat-istiadat dan budaya yang diwariskan oleh nenek moyang mereka.
Salah satu rumah betang di Kecamatan Delang yang masih terawat dengan baik dan sering dikunjungi oleh banyak wisatawan adalah Rumah Betang Ojung Batu. (Menurut Lakons,Tains.2010) “Yang membedakan Rumah Betang Ojung Batu dengan rumah-rumah betang lainnya adalah di dalamnya terdapat banyak tajau”. Konon, rumah betang ini dulunya dikenal sebagai tempat kediaman seorang tokoh masyarakat Dayak yang sangat kaya yang memiliki ribuan tajau, sebuah benda mirip tempayan yang oleh masyarakat setempat dijadikan sebagai simbol kekayaan dan kehormatan seseorang.
Tajau juga dianggap sebagai benda yang memiliki kekuatan gaib dan dapat membawa rejeki bagi orang yang memilikinya. Konon, orang yang membuat tajau bukanlah orang sembarangan, karena dia harus menguasai upacara khusus sebelum membuatnya. Namun sayang, jumlah tajau yang ada di rumah betang ini sekarang sudah jauh berkurang, menjadi ratusan saja. Saat ini, rumah betang yang sudah berumur hampir 1.000 tahun dimiliki oleh Omas Petinggi Kaya, salah satu tetua adat di Kecamatan Delang. Oleh Pemerintah Kabupaten Lamandau, Rumah Betang Ojung Batu ditetapkan sebagai bangunan bersejarah yang dilindungi.
Rumah Betang Ojung Batu memiliki keunikan dan keistimewaan tersendiri. Bentuknya memanjang ke belakang sekitar dua ratus meter, bertiang panggung dari kayu ulin dengan diameter di atas 50 sentimeter dan tinggi 1,5 meter, serta beratap sirap yang juga terbuat dari kayu ulin. Di dalam rumah betang ini terdapat puluhan bilik dan satu bilik dihuni oleh satu keluarga. Setiap keluarga penghuni bilik memiliki koleksi barang-barang antik berupa piring keramik, gong, meriam kuno, talam tembaga, dan berbagai bentuk perhiasan Cina dan Belanda yang sudah sangat jarang dijumpai. Para penghuni Rumah Betang Ojung Batu dikenal pula memiliki seni budaya cukup tinggi, yang dapat dilihat dari berbagai bentuk ukiran yang menghiasi hampir di seluruh bagian rumah, mandau (senjata khas Suku Dayak ) yang menempel di dinding rumah, tombak, dan berbagai bentuk anyaman yang terbuat dari rotan.
Meskipun ukuran rumah ini terbilang luas dan besar, namun hanya ada satu pintu masuk utama untuk memasuki rumah ini. Hal ini menyiratkan makna filosofis yang luhur, yaitu agar semua anggota keluarga yang menghuni rumah ini memiliki persamaan persepsi dan tujuan dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Apapun aktivitas yang dilakukan oleh para penghuni rumah, mereka tetap masuk dan keluar dari pintu yang sama. Di samping itu, dengan hanya memiliki satu pintu utama, diharapkan penghuni rumah dapat lebih mampu mengenal antara penghuni yang satu dengan penghuni lainnya secara lebih dekat. Untuk memasukinya, penghuni rumah harus melewati anak tangga yang berada di bawah kolong rumah.
Selain memiliki keistimewaan dari sisi arsitekturnya, Rumah Betang Ojung Batu juga memiliki sisi keistimewaan lainnya, yaitu keramahan para penghuninya. Setiap pengunjung yang datang akan disambut dengan ramah, tidak dipungut biaya, dan cukup mengisi buku tamu sebagai media perkenalan. Apabila berkenan, pengunjung akan diajak untuk minum tuak (minuman tradisional dari beras ketan) dan makan sirih karena dianggap menghargai budaya masyarakat lokal.
Pemandangan bersahaja lainnya juga dapat dilihat dari ekspresi kebersamaan dan persaudaraan di antara para penghuni rumah, terutama ketika ada permasalahan yang menimpa salah satu penghuni. Misalnya, jika salah satu anggota keluarga ada yang meninggal dunia maka masa berkabung mutlak diberlakukan selama satu minggu bagi semua penghuni dengan tidak menggunakan perhiasan, tidak berisik, tidak minum tuak, dan tidak menghidupkan peralatan elektronik.
3.3.2 Rumah Betang Tumbang Gagu
Rumah Betang Tumbang Gagu dibangun tahun 1870 dan termasuk yang tertinggi di Kalimantan karena jarak rumah dengan tanah mencapai lima meter. Rumah Betang ini terletak di Kabupaten Katingan. Keistimewaan Rumah Betang Tumbang Gagu bisa dilihat dari sisi arsitektur sekaligus sisi makna simboliknya. Karenanya obyek wisata ini tepat untuk memahami adat istiadat penduduk Kalimantan Tengah.Satu hal yang menarik dari rumah ini adalah tangganya yang sengaja dibuat tidak permanen supaya dapat diangkat dan dipindahkan ke dalam rumah sewaktu-waktu.















BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
                        Arsitektur Dayak tidak bisa dilepaskan dari konsep hidup dan kebudayaan sehari-hari mereka. Konsep hidup dan budaya ini dapat dilihat dari bentuk rumah tinggal yang secara arsitektural memiliki ciri fisik berbentuk rumah yang memanjang dengan tiang (kolong) tinggi yang mereka sebut sebagai rumah Betang atau Rumah Panjang atau Lamin atau juga lebih kerennya disebut Long House.
Selain dari bentuk fisik, rumah Betang secara arsitektural menggambarkan konsep hidup dan kebudayaan Dayak. Hal ini dapat terlihat pada tata ruang, bentuk bangunan, asesoris seperti patung, ukiran, pernak pernik, dan pola penataannya. Dengan melihat tata ruang rumah, bentuk, dan susunannya dapat diketahui bagaimana pola hidup, pola pikir, filosofi serta kebudayaan yang terjadi dalam masyarakatnya.

4.2 Saran        
                        Sering-seringlah kalian berpikir untuk menindaklanjuti hal kecil yang berpengaruh besar agar Indonesia tidak kehilangan satu persatu adat istiadat Indonesia. Contohnya seperti rumah tradisonal yang sudah tidak sering bahkan tidak pernah  kita jumpai . bila saja tidak mendapatkan perhatian dari kita sendiri orang Indonesia. Mulailah perubahan baru walaupun sentuhan modernitas cukup besar janganlah kalian lupakan adat istiadat yang kita miliki . kalau bias gabungkanlah keduanya tanpa merusak nilai dan norma yang ada.


4.3 Kritik
     ……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
















DAFTAR PUSTAKA
·         Aldi.2009.Filosofi huma betang. (Online), (http://www.gatra.com/nusantara/kalimantan/3816),di akses pada 18 November 2012
·         Anne wijayanti.2011 Sejarah dan Budaya Dayak. (Online),(http://www.humabetang.com/page/),di akses pada 18 November 2012

·         Rahma.2008. mengintip-rumah-betang-suku-dayak (Online),(http://www.liranews.com/lawas/lira-ormas/ormas-news/etnik/3986), diakses 18 November 2012

·         Lakons,Tains.2010.Mengenal dayak dalam kata.(Online).                                            (http://dayakmenggugat.blogspot.com/),diakses pada 18 November 2012
·